Siang ini, kelenjar keringat gue
seperti bekerja lebih keras dibandingkan hari biasa. Boleh dibilang ,air yang
keluar dari badan gue bisa dipake buat ngebilas cucian yang numpuk, walaupun
gue tau, kalau emang bisa seperti itu nggak ada gunanya gue nyuci…
Ditengah kekeringan yang melanda
kerongkongan, dengan segala usaha melawan kemalasan, gue berangkat dengan naik
motor ke minimarket. Setelah mendapatkan minuman soda dingin yang paling murah,
gue ke kasir untuk ngebayar minuman dan roti yang tadi gue ambil. Nah, pas mau
ngasih uang ke mbak-mbak kasir yang cakep tapi jutek, gue ngelirik bungkus
rokok yang gambarnya udah aneh-aneh.
Di atas merek rokok itu, ada gambar
orang yang ngerokok di samping gambar tengkorak. Ada juga yang bergambarkan
paru-paru rusak dan kanker mulut. Semuanya menurut gue serem abeees. Tapi ,apa
itu bakalan ngefek buat perokok? Menurut gue sih ngefek, tapi gak bakalan
signifikan. Kenapa? Karena gue juga dulunya perokok berat.
Perokok tuh idenya banyak. Bungkus yang
kayak gitu bisa diakalin dengan naruh rokok di kaleng besi. Perokok pun umumnya
awet muda, karena belum tua udah pada mati duluan....
Awalan gue kenal rokok itu di masa-masa
awal SMP. Nggak, gue belum merokok saat itu. Tapi temen-temen gue umumnya udah
pada jago ngerokok. Toilet udah jadi tempat temen segank buat adu
jago ngebentuk asap rokok. Mulai dari asap keluar dari telinga, bentuk huruf O
besar, sampai adu kuat nelan asap rokok.
Sampai lulus dari SMA, gue sukses untuk
nggak merokok. Tapi bener kata orang-orang, kuliah emang ngerubah semuanya.
Selama 2 tahun gue jadi perokok yang. Sehari bisa minimal sebungkus, bisa lebih
kalau ngumpul bareng temen dan ditemani kopi yang pas.
Semuanya enak sampai gue nyoba olahraga
lagi…
Baru lari dua kali keliling lapangan
bola, napas gue udah kayak terpisah dari paru-paru gue. Sekarang, setelah
hampir setahun berhenti ngerokok, gue ngerasain berbagai manfaat. Selain
itu, banyak faktor gue yang buat gue berhenti ngerokok :
1. Patah hati
Orang bilang, cinta mengalahkan
segalanya. Itu mungkin berlaku buat yang lain, tapi nggak buat gue. Diputus
cinta ternyata memberi gue kesempatan untuk intropeksi diri, kenapa gue
dijauhin. Salah satu alasan doi adalah, doi udah dapat gebetan yang jauh lebih
religius dan nggak ngerokok.
Lah, gue dongkol banget dong. Tapi, gue
juga sadar, gue mesti berubah. Bukan jadi satria baja hitam kayak Kotaro Minami
sambil bawa motor RX king yang lagi ngebawa keranjang sayuran, tapi gue mesti
berubah seperti dulu, orang tanpa asap rokok
2. Mau hidup sehat
Selama yang gue ingat, waktu gue ngerokok itu dimulai saat gue kerja di warkop.
Siklus tidur udah kayak kalelawar aja. Makan pagi waktu siang hari, makan siang
di malam hari, dan makan malam di pagi hari. (heeh?)
Setiap malam, gue pasti makan yang namanya palubasa. Bukan, ini bukan sop
martil, tapi makanan yang mirip coto makassar, tapi dengan serundeng dan rempah
lain. Pokoknya enak deh,badan gue membengkak dengan indahnya. Diimbangi dengan males
olahraga tingkat profesional, semakin lengkaplah faktor yang bisa bikin gue
jantung koroner pada usia muda.
Setelah gue nggak ngerokok lagi, napas gue berasa balik lagi seperti
jaman SMA dulu. Paling nggak, gue bisa ngurangin berat badan gue secara
signifikan karena gue nggak perlu olahraga sambil gendong tabung elpiji 3 kg
sebagai alat bantu pernapasan.
3. Ingat Masa Depan
Nah, ini yang paling ampuh buat gue. Riwayat penyakit orang tua gue cukup
beragam. Bapak gue mengidap penyakit diabetes dan Mama gue mengidap penyakit
hipertensi. Keduanya mewarisi penyakit tersebut dari kakek dan nenek gue.
Otomatis, sebagai anak, gue dan saudara-saudara gue memiliki peluang yang
cukup besar untuk mewarisi penyakit mereka. Apalagi kedua kakek gue dan Bapak
gue itu perokok berat, dan itu memberi gambaran yang jelas bagaimana jadinya
kalau gue melanjutkan jadi perokok.
Diakhir
kehidupan mereka, yang ada adalah penyakit mereka makin parah akibat rokok.
Akan tetapi, tak ada masalah berarti pada paru-paru mereka yang notabene setiap
hari dipenuhi oleh asap rokok. Ini menguatkan pendapat gue kalau rokok itu
sebenarnya nggak nyiptain penyakit, tapi memperkuat penyakit yang ada. CMIIW.
Dengan
kemungkinan untuk mewarisi penyakit yang cukup banyak, gue mutusin untuk
berhenti secara total dari namanya kehidupan dengan rokok. Kalau teman-temanmu
menjauhi karena nggak merokok lagi, tinggalkan mereka. Karena teman yang baik
adalah dia yang menghargai keputusan temannya.
Nah, itu tadi pengalaman gue dalam
usaha untuk berhenti merokok. Insha Allah, jalan gue masih panjang. Karena itu,
gue nulis ini untuk mengajak kita semua untuk hidup lebih baik dan sebagai
pengingat buat gue. Siapa tau, gue mau ngerokok lagi, gue jadi malu karena
mengajak orang lain tapi justru kembali jatuh ke lubang yang sama.
Semoga sukses untuk berhenti merokok.:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar